Hulu Batang Hari, Kejayaan Masa Lalu dan Ingatan Kolektif

KLIKPOSITIF - Manusia telah menetap di sepanjang Batang Hari berabad-abad lamanya. Sungai yang terbujur lebih dari 800 kilometer di tengah belantara Sumatera itu telah menjadi nadi bagi peradaban manusia. Raja-raja lahir dan berganti, namun Batang Hari terus mengalir hingga hari ini.
Sungai itu telah menjadi entitas yang mengikat Dharmasraya di masa lalu dengan segala yang terbentang hari ini. Tanah-tanah di hulu yang terkenal subur mendukung kehidupan masyarakat sungai dari waktu ke waktu. Bambang Budi Utomo, arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional menyebut jika kelompok masyarakat sudah menetap di bagian hulu Batang Hari sejak abad ke-10. Jauh sebelum Adityawarman dinobatkan sebagai raja Dharmasraya.
baca juga: Warsito, Mantan Ajudan Soekarno yang Kini Gantungkan Hidup dengan Sepeda Tua Untuk Mencari Nafkah
Sejumlah keramik Tiongkok dari masa Dinasti Thang pernah ditemukan di kawasan itu. Untuk tumbuh menjadi kerajaan besar dibutuhkan waktu yang tak sebentar. Kedatangan Singasari pada abad ke-13 yang ingin menjalin aliansi politik menunjukkan Dharmasraya telah mencapai masa kemakmuran sebagai kerajaan. "Keberadaan Sungai Batang Hari memberi dampak yang besar bagi perkembangan Kerajaan Dharmasraya baik secara ekonomi, sosial, budaya dan juga politik," ujar Profesor Gusti Asnan, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas.

Hari ini Sungai Batang Hari tetap menjadi denyut yang memberi kehidupan bagi masyarakat Dharmasraya. Sungai itu telah menjadi jalur yang menghubungkan banyak tempat dan mempertemukan banyak orang. Batang Hari telah menjadi identitas yang tak bisa terlepas dari Dharmasraya dan semua kawasan yang dialirinya. Aliran sungai itu menjadi simpul yang akan menghubungkan masa lalu, masa kini dan hari depan. Sungai yang kemudian menjadi memori kolektif yang akan hidup dalam ingatan setiap masyarakatnya.
baca juga: Dorong Pariwisata, Pemko Padang Panjang Berencana Bangun Muusem Kereta Api








Editor: Ramadhani